Rahasia Cita Rasa Kopi Bengkulu
Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Lokasi dan iklim Indonesia dinilai sangat baik dalam mengembangkan perkebunan kopi, khususnya kopi jenis robusta dan arabika.
Situs investopedia.com melaporkan total ada 1,2 juta hektar perkebunan kopi di Indonesia. Perkebunan itu diantaranya dikelola oleh para petani kecil dan milik independen. Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI menyebut, kopi Indonesia yang diekspor pada 2018 mencapai lebih dari 400 ribu ton dengan nilai USD 1,19 miliar atau setara Rp 16 triliun.
Ekspor produk kopi olahan juga berkontribusi cukup besar pada devisa Indonesia, yakni USD 579 juta atau Rp.8,5 triliun pada 2018. Ekspor produk kopi olahan dari Indonesia seperti kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi, telah menembus pasar luar negeri, diantaranya negara anggota ASEAN, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab.
Usut punya usut, kopi Indonesia rupanya sudah terkenal sejak zaman penjajahan. Ketika Indonesia dijajah Inggris, kopi adalah salah satu komoditi andalan bisnis mereka.
Kopi masih merupakan bisnis yang menguntungan hingga pertengahan tahun 1940-an. Hanya saja setelah kemerdekaan RI, kopi disebut kurang dipromosikan.
Di Eropa ketika masih era kolonial, kopi menjadi tren minuman orang-orang kelas atas. Saat Indonesia dijajah Belanda, kopi bahkan hanya disuguhkan kepada kaum bangsawan.
Bicara soal kopi, Bengkulu adalah provinsi terbesar ketiga yang memproduksi kopi setelah Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Bengkulu ikut berperan menyumbang sekitar 70 persen dari total produksi kopi robusta di seluruh Indonesia.
Kopi yang ditanam di Bengkulu umumnya jenis robusta dan sebagian kecil jenis arabika. Salah satu pelaku usaha kopi Bengkulu, Budi Darmawansyah bercerita kopi Bengkulu punya rasa yang khas, yang sudah dikenal sejak zaman kolonial dan cita rasa itu masih tetap terjaga.
Kopi robusta yang ditanam di Bengkulu memiliki sedikit rasa asam dan lebih pahit sehingga sangat nikmat dicampur dengan susu.
Cita rasa kopi Bengkulu dipengaruhi oleh letak geografis tanaman kopi. Sebagian besar kopi Bengkulu ditanam di daerah pegunungan dengan basis lingkungan tanah rempah-rempah. Ada juga kopi yang ditanam di dataran rendah, namun biasanya itu hanya untuk produksi lokal.
Diyakini, semakin tinggi letak tanaman kopi – maka semakin bagus pula kualitas biji kopi yang dihasilkan. Kopi yang ditaman di ketinggian 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dipercaya memiliki cita rasa yang lebih enak dan beraroma buah seperti lemon, cokelat dan herbal yang khas. Kopi ini dihasilkan oleh para petani kopi di daerah Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara dan beberapa daerah lain di Bengkulu.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah secara serius mendorong berkembangnya kopi Bengkulu, bahkan beliau menginisiasi lahirnya the Bencoolen Coffee. Upaya Bapak Rohidin mendukung berkembangnya kopi Bengkulu di Indonesia dan luar negeri, membuatnya sampai dijuluki Bapak Kopi Bengkulu.
the Bencoolen Coffee mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam hal pengembangan kopi Bengkulu. Pemerintah Bengkulu juga diketahui mengkoordinir petani-petani kopi di provinsi itu supaya para petani bisa mendapatkan harga kopi yang sepantasnya, yang bisa menunjang kesejahteraan mereka.
Di the Bencoolen Coffee, semua bahan dasar produk minuman dan kopi-kopi kemasannya asli dari kopi Bengkulu, tanpa campuran kopi ekstrak atau esens. The Bencoolen Coffee sampai memiliki jargon ‘Kopi Jujur’ untuk menekankan produknya benar-benar kopi Bengkulu. Nama Bencoolen bahkan diilhami dari nama Bengkulu, yang pada era kolonial disebut Bencoolen.
Sumber: kumparan.com – databoks.katadata.co.id – bengkulutoday.com – pressrelease.kontan.co.id – bencoolencoffee.com